Program Menghafal Alquran Tetap Diperlukan

Posisi program ini memang tidak termasuk dalam kewajiban agama. Meski demikian program ini diyakini sebagai bagian dari materi pembinaan mahasiswa STAIMI.

"Tentu tidak dapat disamakan dengan Perguruan Tinggi Alquran yang mengkhususkan program kurikulernya pada ilmu-ilmu Alquran, termasuk penghafalan Alquran. Namun demikian, pimpinan STAIMI memandang bahwa kedekatan dengan Alquran adalah salah satu modal penting bagi pendidikan ruhani seseorang," kata Othman O. Shihab.

Senada dengan itu,Ketua STAIMI menambahkan bahwa penghafalan Alquran adalah bagian dari proses pembentukan karakter yang diharapkan melahirkan lulusan yang mencintai Alquran dalam kehidupannya. "Penghafal Alquran setidaknya memiliki satu keunggulan dibanding dengan orang yang tidak memghafal," ujar Syafin. Ketua STAIMI ini yakin bahwa program menghafal Alquran bernilai positif. Walaupun dianggap penting, namun program tahfizh Alquran di STAIMI dirancang sebagai program tidak membebani kegiatan kurikuler. Muh. Mahdy Alaydrus memandang bahwa target 3 juz hingga selesai program perkuliahan sudah sangat realistis. Mantan Ketua STAIMI yang kini menjadi pembina STAIMI Boarding Program itu yakin bahwa hanya sangat sedikit mahasiswa yang mengalami kesulitan atas program tahfizh.

Pernyataan tersebut terungkap dalam Rapat Kerja (Raker) STAIMI pekan lalu di Depok. Raker memutuskan untuk memperkuat tahfizh dalam proses pembinaan. Pekan sebelumnya di tempat yang sama, sejumlah Pengurus Yayasan Madinatul Ilmi yang menghadiri rapat koordinasi dengan para Pimpinan STAIMI mengangkat kembali efektivitas program tersebut. "Sepanjang program tersebut tidak hanya sekadar ditempuh sebagai pemenuhan syarat kelulusan, tentu saja bagus. Hafizh yang mendalami dan mengamalkan Alquran dengan baik itulah yang kita harapkan," demikian harapan Hassan Alaydrus, pengawas Yayasan Madinatul Ilmi. Lulusan STAIMI hendaknya menyadari bahwa fungsinya sesudah lulus adalah mengajak kepada Allah.

- Jieb, Tis